Thursday, November 01, 2007

Pemanasan global

Pernah naik kereta rel listrik Jakarta-Bogor? Buat yang belum tahu, ada dua tipe KRL di jalur ini, yakni kelas ekonomi dan AC/eksekutif. Perbedaan: yang ekonomi harga karcisnya Rp 2.500, kalau AC harganya Rp 13.000. Kereta ekonomi mampir di 26 stasiun, sedangkan AC cuma di tiga-empat stasiun dari keseluruhan stasiun. Oh iya, sebagai informasi tambahan, kereta Jakarta-Bogor ini juga melayani rute Bogor-Jakarta loh (informasi yang konon nggak penting-penting amat tapi musti dipaparkan juga di sini!)

Persis dengan yang kalian bayangkan, kereta ber-AC lebih nyaman. Selain karena penumpangnya nggak berjejal, tempat duduknya empuk, lebih bersih dengan interior yang mirip kereta di Jepang, pakai pendingin udara, nggak digerecoki pedagang asongan and pengamen (saya pribadi kurang respek dengan mereka karena mereka nggak pernah bawain lagu black metal), pintu automatic selalu tertutup jadi kalaupun ada copet masuk pastilah copet yang lebih bermodal... juga melaju lebih kencang. Segalanya berjalan lancar dan tenang. Saya sering melihat penumpang terlelap tidur dengan damai.

Sedangkan di kereta ekonomi, kehidupan berjalan lebih keras. Bangkunya keras, jendela banyak yang pecah, pintu nggak ada yang berfungsi. Pengamen dari berbagai aliran musik (tapi nggak ada yang black metal) mondar-mandir menyuguhkan beragam polusi suara. Pedagang asongan berteriak-teriak dengan vokal yang parau; dari pedagang minuman, makanan, rokok, peniti, korek api, bolpoin, bantal tiup, DVD bajakan, alat-alat rumah tangga, tenda pramuka, hingga perahu karet... (yang terakhir-terakhir saya ngibul).

Saya sempat berpikir: mungkin karena alasan itulah harga karcis kereta ini cuma Rp 2.500. Kita bisa menyisihkan Rp 10.500 kita untuk belanja barang-barang tadi atau ngasih tips buat pengamen. Pilihan hidup memang macem-macem kok.

Soal kepadatan penumpang, itu yang paling ngetop. Saking padetnya, banyak penumpang yang bergelantungan di pintu karena nggak kebagian space buat berdiri di dalam. Bahkan ada yang overakting dengan nongkrong di atas atap gerbong. Mereka bukan sedang berdemo, ngambek atas situasi nggak kondusif di dalam gerbong, atau mau ngintip cewek mandi di kali sebelah rel, atau putus asa dengan kehidupan menyedihkan yang mereka jalani, atau dorongan religius untuk lebih dekat dengan yang di atas... bukan, bukan kayaknya. Sepertinya cuma buat gaya-gayaan aja sih.

(Di lubuk hati yang rada dalam, saya kadang ingin melakukannya juga, hihi... Bayangkan, di sebuah sore yang cerah, duduk anggun di atap kereta yang melaju kencang, diiringi "Ride of the Valkyries"-nya Richard Wagner.. wuihh!)

Situasi di dalam gerbong sendiri... nah! Dari tadi sebenarnya saya mau bercerita tentang itu. Tapi berhubung saya lagi susah buat fokus, letih sehabis perjalanan Bogor-Gondangdia-Sabang (buat beli lunpia)-Sarinah-Kalibata (naik KRL juga), cerita malah jadi ke mana-mana!

Begini, buat kalian yang udah lulus dari sekolah dasar pasti tahu alasan kenapa pada saat gerbong KRL ekonomi penuh dengan penumpang, udara menjadi lebih pengap, gerah, panas.... nggak selega ketika jumlah penumpangnya sedikit.

Kepadatan penumpang berbanding lurus dengan peningkatan suhu udara (tingkat local warming) di dalam gerbong. Semakin banyak jumlah hidung yang mengisap oksigen di situ, semakin sedikit ketersediaan oksigennya, dan kita pun jadi semakin sesak bernapas.

Keadaan ini diperparah oleh tingkah beberapa penumpang yang salah gaya: merokok kebal-kebul di tengah-tengah sesaknya penumpang yang bergelantungan, ngobrol dan ketawa kenceng-kenceng sampai menimbulkan sedikit stres penumpang lainnya, atau cara berpakaian mbak-mbak di sebelah yang bikin kita menyedot lebih banyak oksigen. Sampah berupa kulit jeruk, bungkus permen, kertas, puntung rokok, botol akua dan sebagainya berceceran di mana-mana. Bikin kita tambah puyeng.


Mungkin, seperti gerbong kelas ekonomi itulah situasi bumi kita sekarang. Bedanya, di gerbong KRL kita bisa bergelantungan di pintu atau naik di atas atap, sedangkan di bola dunia (globe) kita nggak bisa ke mana-mana. Kalaupun bisa kita jalan-jalan keluar dari atmosfer planet ini, kita mesti membawa persediaan oksigen dari sini.

Dan kini para pemimpin dunia pada ketar-ketir memikirkan pemanasan global (global warming), bikin konferensi, protokol ini-itu. Majalah tempat saya bekerja juga ikut-ikutan sok sibuk bikin edisi khusus soal ini.

Dan sekarang saya,
right here and right now in this very moment, pun sesak napas gara-gara nglembur kerjaan yang tiba-tiba berjibun! Tapi sumprit, saya pribadi tetep menganggap bahwa global warming ini sebenarnya persoalan biasa. Frase "bumi makin panas" juga sudah kita dengar berpuluh tahun silam.
There always be the bright side of anything, rite?

Dilihat dari hubungan antara jumlah populasi dan peningkatan suhu udara itu, ada dua penyebab utama terjadinya pemanasan global:
1. memang sudah takdir
2. penduduk bumi pada terlalu rajin bikin anak

Udah ahh.. I'll be here again very soon, and now let me jump back to my files... 11 more to go. Damn! F...k you, you f....ing f....k!!


6 comments:

Anonymous said...

Gus maaf ya.. ternyata perjuanganmu seberat itu untuk mencapai sabang dan ketemu mbok2 lunpianya cuma sebentar bgt.

Walaupun kamu dapet apa yg kamu cita-citakan ya itu gambar bungkus lunpia yg rada bokep. Alias mbak-mbak makan lunpia yg gaya megangnya kaya' megang mike.

Soal kereta listrik kita.. itu sebenarnya sangat digemari bule-bule. Karena mereka merasa seperti cafe berjalan... ada live music tapi sambil jalan... kadang jg seperti supermarket... karena segala barag ada.. ngomong apa sih?

Anonymous said...

Aku tau kalo kamu pengen punya anak tanpa proses pembuatan dan melahirkan tapi kan bukan berarti kudu sinis ma penduduk bumi yang rajin buat anak. Biarin aja.

Toh biasanya mas kan donlot proses pembuatannya juga....hihihihihi

Anonymous said...

ooo.....jadi mo nyalahin orang yg rajin bikin anak?
nah lho, rajin donlod proses pembuatan anak? waaaahhh....kena pasal neh :p

Anonymous said...

asli ga fokuss!! asli!!!! sebenernya ide nyolong dari edisi khusus majalah boleh juga, cerdas!! tapi tetep ga fokusss. arghhhh!!!

TaTa said...

Seruu naek kereta ekonomi ada aja barang2 aneh yg di jual

Anonymous said...

Gombal warning...

iya kayak cafe kan

ada live music
ada makanan
ada minuman

plus.. bisa sampe tempat tujuan...