Monday, June 25, 2007

Losing My Kuskus v.2

Kali ini bukan kuskus beneran. Saya bercerita tentang seorang anak manusia... bener-bener manusia (Homo sapiens sapiens), yang mendatangi saya beberapa bulan lalu. Nah kenapa saya menyebutnya "kuskus", bukan binatang imut lain semisal berang-berang, kelinci, atau cerpelai? Suka-suka saya dunk! hihi... Reasoning: kejadiannya mirip-mirip dengan ketika saya nemu kuskus di kantor itu. Jadi ada koherensinya.

Ceritanyaa.... ahh kelamaan!

Langsung aja, poinnya adalah saya kehilangan kontak dengan seseorang; dan saya merasa perlu memastikan bahwa dia dan orang-orang di sekitarnya dalam keadaan baik-baik saja. Demi menghindari fitnah, saya nggak akan menyebut nama orang ataupun lembaga tertentu. Jadi kalian boleh juga menganggap this is not real!

Adapun ciri-ciri "kuskus" yang saya maksudkan adalah:

* Tinggi badan kurang lebih 156,1 sentimeter, berat sekitar 45 kilogram (50-an kalo pas kenyang). Kulit sawo mateng banget. Rambut lurus tebal rada berlekuk. Muka bulet rada jajaran genjang kalo pas nyengir. Bodi cenderung gampang montok. Usia sekitar 23 tahun pada akhir bulan ini (di prenster dia tulis 20 tahun!). Jenis kelamin: cewek (may it be... bisa jadi... sepertinya... kayaknya... soalnya saya belom ngecek sampe segitunya, hihi.) Another thing: she likes to sing.. and being a low-casted drama queen!

Kalau di antara kalian ada yang menemukan sosok anak manusia dengan ciri2 seperti itu, silakan kontak langsung ke e-mail atau Friendster saya. Saya sungguh khawatir, kecerdasannya dalam retorika yang memikat itu kadang bisa menimbulkan kerusakan di sekitar, seperti yang saya alami... rada nggak pantes dipaparkan di sini... dan gara-gara itu, saya sekarang mengalami hubungan yang tidak mengenakkan dengan tiga sahabat saya (dan keluarga mereka!).. Soal finansial? kebersihan lingkungan? (hihi...) That's her problem.

Trust me! she's all alone in this world: no one to love, no family back home, no place to go home, has nothing to lose.. but plenty of tricks and a good definition of vengeance.. such a helpless little creature aspiring to be a mobster!

Dan percayalah juga, mood saya sekarang ini adalah MARAH, bukan KANGEN !!, huahahah...

p.s.:
- no name please!
- saya sebenarnya sudah merancang pembalasan dengan cara yang sangat keji, tapi dicegah oleh teman saya. "Kasian dia kan, Mas," kata teman saya itu. Dan dengan diluncurkannya postingan ini, amarah saya sekarang tinggal 25%...
- si kuskus sekarang aktif di sebuah milis yang "gokil"... beware of the snake (lol).
- buat kuskus yang bersangkutan (kalau ikut baca postingan ini): kita udah maapin elo kok. we love you! dan kalau lo mau nongol lagi, kita akan terima dengan tangan terbuka dan dada telanjang.. upzzz..

Friday, June 22, 2007

Jakarta Great Sale !

Kau sembunyikan matahari, rembulan, dan bintang-bintang, agar aku tak bisa melihat sosokmu dengan jelas. Dan kau selalu punya tipu daya untuk membangkitkan kegusaranku, menyeretku kembali ke permainanmu. Lalu kau buai aku dengan wangi setanggi yang membuatku bernafsu untuk terus menyetubuhimu (kini sendi-sendi tulangku mulai terasa ngilu).

Tapi aarrghh.. aku jadi semakin tahu bagaimana cara menghadapimu, nduk! Tunggulah, suatu saat nanti, aku akan melumpuhkan kebengisanmu.


SELAMAT ULANG TAHUN, PELACURKU !

(Selamat juga, buat pasangan Bang Ini dan Bang Itu yang sedang berjuang dalam pemilihan germo tahun ini. Semoga sukses!)

Thursday, June 21, 2007

Silakeun protes...

Di tengah malam yang sunyi...
Di ruangan kantor saya yang sepi...
Di depan seperangkat kompi yang dilengkapi webcam dengan kualitas gambar alakadarnya ini...
Ditemani sekaleng Guinness yang tinggal setengah isi...
Dan dua bungkus rokok poligami...
Tiba-tiba, setelah sekian lama...
Saya ingin setor muka di hadapan Anda semua...
And hope you wouldn't be disturbed by my devilish charm, huahahaha....








Saturday, June 09, 2007

Losing My Kuskus

Diilhami oleh comment saudari Mitun soal "kandang kuskus", saya ingin menyampaikan kisah muram tentang perjumpaan saya dengan binatang itu. Muram?? Iyaah, karena waktu kejadiannya tepat di tengah malam, nggak seterang kalo siang kaan, hihi..

Percayalah, kejadian yang udah seminggu berlalu ini adalah kisah nyata, melibatkan beberapa saksi mata. Dan yang saya maksudkan dengan kuskus itu adalah kuskus beneran (Phalenger orientalis). Jadi kalau ada pembaca blog ini yang kebetulan punya kesamaan anatomis, wajah, atau nasib dengan binatang malem tersebut, saya minta maap! Bukan kalian kok yang saya maksud.

Dan kalau kebetulan ada kuskus aseli ikutan baca blog ini... aahhh semoga kau mengerti nduk!

Malam itu, tatkala (pake "tatkala" biar kliatan lebih serius!) saya keluar dari kantor buat nyari rokok, saya liat si satpam clingak-clinguk, ngarahin senter ke atas bangunan tiga lantai ini.

"Cari apakah gerangan?" tanya saya.

"Itu Mas, coba liat deh! Kayak ada binatang tapi aneh banget... apa yah," dia menjawab dengan agak shock.

Dasar, satpam kok penakut! Memang rada mengejutkan sih. Dua sinar mata kecil terlihat di atas sana. Tapi yaahh.. itu kan cuma sepasang mata binatang. Jenis mata bersinar seperti itu memang dipunyai para nocturnal animals. Huh! Bukan urusan saya. Saya tinggalkan si satpam yang gagal melibatkan saya dalam petualangan serunya itu.


***

Sekembali saya ke markas, seabis ngobrol sejam dengan orang-orang di pertigaan, pas nyampe di depan pintu kaca... binatang itu ada di situ! Dia merangkak dengan susah payah di keset "welcome" tepat di depan pintu. Bulunya cokelat rada kelabu. Kakinya lemah dan pendek, tangannya panjang. Muka seperti blasteran kucing-monyet, tapi tampangnya lebih memelas.

Wajah memelas itu, dalam bayangan saya, adalah ekspresi letih dalam perjalanan panjang di belantara kehidupan. Dan dia datang ke sini sebagai anak-hilang-kembali-pulang. Tapi pulang ke mana?? Hanya saraf-saraf di otaknya yang kecil itulah yang bisa mengolah berbagai data untuk merumuskan arti kata "pulang" dan selanjutnya menentukan geoposisi "rumah"-nya. Ah, nggak seribet itu sepertinya.

Saya sendiri, sebagai mahluk Homo sapiens sapiens yang tentu saja punya otak dengan volume yang jauh lebih gede dari dia, belum juga berhasil memecahkan persoalan yang disebut barusan. Sampai sekarang saya belum menemukan definisi yang pas untuk kata "pulang" dan "rumah". Apalagi dia dengan ukuran kepalanya yang imut itu!

Capek memang kalo semua dibahas filosofis, mendingan biologis aja: Kuskus bukan binatang piaraan. Rumahnya ada di alam liar yang padat dengan vegetasi, bukan di sebuah kandang kecil bikinan manusia. Bisa jadi, yang dia lakukan sekarang adalah melarikan diri dari kungkungan majikan lamanya, bukan dalam rangka mengembara, meninggalkan kenyamanan, mencari petualangan baru, jalan-jalan, backpacking, hihi..

Saya dekati binatang itu. Elus-elus punggungnya. Beberapa bekas luka terlihat di sekujur tubuhnya yang berbulu halus. Rupanya, dia pernah mengalami beberapa peristiwa kekerasan di sepanjang perjalanannya. Dan mungkin itu yang bikin dia menunjukkan sikap curiga dan ogah-ogahan, pas saya mengulurkan tangan.

Pelan-pelan saya gendong dia. Tapi dia memberontak dan mengeluarkan sedikit desis. Memang bentuk anatominya yang aneh itu bikin dia ngerasa nggak nyaman digendong dengan posisi seperti ketika kita menggendong ponakan kita yang masih bayi. Akhirnya saya taruh dia di paha, biar bisa berposisi seperti memeluk batang pohon --sebagaimana kebiasaan di habitat aslinya.

"Mau diapain Mas?" tanya satpam yang sedari tadi menonton dengan takjub dan sedikit khawatir. Sedikit khawatir bahwa saya akan memangsanya mentah-mentah, niru si Ozzy Osbourne zaman muda dulu, hihi...

"Nggak tau, dipiara aja kali yah," saya menjawab tanpa menengok ke dia.

"Yah, tapi tarohnya di mana? Terus makanannya apa? Mendingan lepasin aja daripada ngerepotin."


***

Beberapa menit berlalu. Masih dengan posisi menggelendot di paha, si kuskus saya bawa ke dalam, naik ke lantai II, lalu masuk ruang redaksi melewati pintu ber-scanner sidik jari yang bertuliskan "selain karyawan dilarang masuk".

Tapi, di dekat jendela yang terbuka itu, si kuskus meloncat keluar! Lenyap ditelan rerimbunan daun bambu..

Sudah, gitu doang?

Belum. Karena sampai sekarang saya belum bisa meresolusikan bagaimana kira-kira akhir petualangan si kuskus itu. Cerita ini belum ber-ending!