Monday, December 15, 2008

don't go anywhere..

We'll come back after these rearrangements of our spiritual sphree.

Wednesday, November 12, 2008

puisi hari pagi


udara AC dingin sekali
berisik burung bernyanyi
lalu.. silau matahari
menembus kaca menerobos venetian blind menghapus sisa kemeriahan malam menguapkan sosokmu dari mimpi basahku... ahh, lagi-lagi
terlalu ribet aku bikin deskripsi
yang pasti, pagi ini sepertinya teraaaaaaaang sekali
jangan-jangan aku masih bermimpi?

Friday, October 31, 2008

Stop press....

Membaca semua item berita di detik.com soal penyelidikan kasus mutilasi yang diawali dengan penemuan daging gelonggongan... ehh, potongan jasad manusia di bus Mayasari itu, saya sedikit takjub. Tapi bukan oleh kejadian mutilasi itu sendiri.

Hati saya rada berdesir tatkala menatapi foto mbak Yati, tersangka mutilator, yang terpampang di salah satu halaman. Serius. Lekukan di pinggir hidung, bentuk dan posisi bibir plus warna bibir yang rada item sepertinya gara-gara rokok, guratan kantong mata itu... mengingatkan saya pada seseorang yang sekarang telah menghilang nggak tau ke mana (hope she's alright, may God bless her). Si embak tersangka pembunuh ini jelas bukan dia loh!

Tapi itu nggak seberapa. Yang membuat tuh berita jadi penting di blog ini, menjadi alasan kuat kenapa saya mesti mengetikkan postingan ini right here right now adalah... baca potongan berita di bawah ini deh!


Terlalu rumit buat saya untuk menjelaskan bahwa mulai detik ini saya nggak memakai nama BURUNG sebagai pseudonym di blog, FS, FB, ataupun Y!M, hehe....

Life is a too personal terrible joke! (1)

Yess.. I suspect, there will be more serious things waiting for us in the darkness of human heart, behind the psychedellic masks of human and divine wisdom preached by those-who-know-everything.

And the false civilization we inherit for generations will be proved to be the most terrible form of an old carriage full of gloomy faces helplessly trying to follow Her traces; heading to the Dark Millennia Lifeway Station authorized by Mr. Time as Her commander in chief.

There must be more serious things waiting for us.

I mean, I suspect... there will always be a darkness at the end of the tunnel.

However, be happy as your life can be, and trust me not, for the truth is right inside your heart, right?

Tuesday, October 21, 2008

Rencana postingan berikutnya adalah....

Resensi buku! Karena, saya sudah lama nggak berlatih mengetik asal geprak seperti ini. Dan postingan blog yang paling gampang, nggak ribet, adalah resensi film, musik, atau buku, hehe. Tapi berhubung buku yang saya hendak bahas itu tiba-tiba lenyap dari pandangan mata, diculik entah oleh siapa (mungkin diyem-diyem lagi dipinjem oleh ponakan tercinta) maka... tunggu ajalah tar kapan-kapan kalau sempet.

Adapun definisi "resensi": ulasan, alias review, terhadap sebuah karya (buku, film, musik) yang sudah meluncur di pasaran. Orang yang meresensi itu nggak perlu jago dalam mencipta karya sastra, musik atau film. Seorang kritikus sastra nggak selalu adalah sastrawan. Kritikus seni rupa banyak yang nggak becus melukis, peresensi musik pun jarang yang beneran jadi pemusik. Resensi film juga, kebanyakan ditulis orang-orang yang cuma bisa duduk anteng mantengin pilem di gedung bioskop, sambil ngunyah-ngunyah kwaci dan singkong goreng (ada gak yah, hehe...)

Nah, yang nanti saya mau bahas di sini adalah buku primbon. Sebagai penganut takhayul sejati, sudah pasti saya menaruh minat terhadap hal-hal yang berbau klenik dan supranatural. Tapi saya sepertinya bakal susah menjadi tukang primbon, karena ternyata ilmu primbon itu punya banyak sisi "cerebral". Banyak menggunakan hitungan matematika, ilmu fisika, falak, plus rumus-rumus integral, sehingga sulit dicerna oleh otak sempit saya yang makin tua jadi tambah bebal, sering garuk-garuk kepala yang gampang gatal, gara-gara rambut udah lama gak dikeramas pake sampo metal!

Jadi kalau harus memilih, karena hari lahir saya adalah Jumat Kliwon, maka saya nggak cocok kerja jadi tukang primbon... saya lebih cocok jadi bloger kapiran yang sok-sok dukun, atau sekalian jadi dukun santet beneran, huahahaha....

Just wait n see yaw....

Tuesday, July 15, 2008

Cara mengirim SMS panjang buat Anda yang jempolnya lemot

Mungkin ini pengaruh umur. Tapi saya selalu menganggap henpon (cell-phone) sebagai produk subteknologi yang bikin ribet, terutama pas kita mengoperasikan fitur SMS. Hurufnya kecil-kecil, layarnya nggak ada yang bener-bener wide-screen (ini berdampak sangat buruk bagi perkembangan mental anak bangsa karena mempersempit sudut pandang mereka, hehe...).

Dan, yang paling penting: keypad-nya terlalu imut, nggak kompatibel dengan jari-jari saya yang konon rada tebel meskipun cukup keyboards-friendly. Mungkin, karena kegiatan mengetik SMS itu cuma melibatkan jempol, jari-jari lain yang terbiasa bekerja keras pada protes. Menimbulkan gangguan motorik yang merusak fungsi organ tubuh lain, dan ujung-ujungnya terjadi kelainan anatomis jempol sebagaimana dialami para abege di masa depan, seandainya jaman henpon ini nggak segera berakhir.

Tapi saya berusaha nggak "antisosial". Sebisa mungkin saya selalu merespons setiap SMS yang masuk ke telepon saya, walaupun lebih sering dengan menelepon balik. (Menurut saya, menelepon itu lebih komunikatif dan berbudaya.)

Nah, sekarang, bagaimana seandainya ada yang meminta kita mengirimkan SMS berisi data-data yang lengkap dan panjang, yang membutuhkan kecermatan dalam pengetikan, tapi kita nggak mau merepotkan jempol kita dengan kegiatan yang aneh itu?

Berikut ini cara yang kemarin saya lakukan tatkala harus mengirimkan SMS berisi biodata lengkap saya plus deskripsi barang yang ilang ke seorang bapak polisi yang mau membikinkan "laporan kehilangan".

1. Buka aplikasi word processor/text editor di komputer Anda, ketikkan semua data yang Anda hendak kirimkan lewat SMS itu. Edit dan periksa kembali ketikan Anda, untuk memastikan bahwa semuanya terketik dengan lengkap dan rapi.

2. Pastikan komputer Anda terhubung dengan internet. Nyalakan aplikasi Yahoo!Messenger, dan login. Buat yang nggak tahu apa itu Y!M, atau nggak punya Yahoo! ID, pastikan Anda nggak sedang tersesat di jaman yang salah, hehe..

3. Klik pada "Actions", lalu "Send an SMS message". Masukkan nomor henpon Anda sendiri sebagai nomer yang hendak dikirimi message. Copy hasil ketikan di text editor tadi, lalu paste ke dalam panel isi pesan.

4. Lalu, send.

5. Ambil henpon Anda. Tunggulah, dalam hitungan detik, Anda akan menerima pesan berisi data-data yang Anda ketikkan tadi. Silakan forward SMS itu ke nomor yang Anda hendak kirimi pesan... Udah gitu doang, simpel kan!

-------

NOTE: Untuk Poin 3. Kayaknya, nggak semua nomor service provider di sini bisa dikirimi pesan dari Y!M. Saya nggak tahu kenapa. Tapi percayalah, saya sudah mencoba dengan henpon saya sendiri, dan ternyata berhasil dengan lancar. Bisa jadi, karena saya menggunakan nomer keren yah, hehe...

Monday, March 31, 2008

Blocking

Depkominfo (mau) mengeblok situs-situs internet porno. Saya setuju. Semoga, langkah mereka itu didukung oleh urgensi yang sangat kuat untuk memperbaiki moral bangsa; didorong oleh keprihatinan mendalam atas kondisi mental (lagi-lagi) para remaja yang kurang mendapat sentuhan edukasi keagamaan; serta keyakinan bahwa korupsi, keributan pilkada, dan gejolak yang terjadi di masyarakat akibat kelangkaan/kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan vital itu bukan "bencana alam"... (nggak nyambung nggak papa yang penting berkesan serius, hehe.)

Semoga, dengan tindakan semacam itu, para cewek/cowok jadi lebih aman berjalan di malam hari tanpa khawatir dilecehkan dan diperkosa oleh lawan jenis, karena para calon pengincar kekurangan bahan referensi dan dorongan semangat. Tempat hiburan malam dan prostitusi jadi sepi. Populasi anak keburu gede merosot drastis. Razia narkoba, penggerebekan pasangan mesum, dan dukun cabul menghilang dari sajian berita kriminal TV.

Kalaupun itu masih terjadi, semoga internet nggak lagi dijadikan sebagai kambing hitam. Dan seandainya masih ada anggota DPR, pegawai negeri, atau anak sekolah yang bikin video independen bertema seksual, mereka nggak perlu lagi menyebarkannya lewat internet... biar henpon yang menggantikannya dengan teknologi MMS dan Bluetooth.

Semoga pula, makin sedikit abege yang buang-buang pulsa atau waktu di warnet buat browsing gambar atau film bokep. Mereka bisa memusatkan perhatian untuk webpage yang lebih penting: Friendster.

Atau, mereka bisa mengalihkan waktunya untuk kegiatan outdoor yang lebih bermanfaat, semacam jalan-jalan ke mall, atau anteng di rumah nonton acara gosip, sinetron, dan kontes nyanyi di televisi, main SMS, ke salon untuk benerin poni, ikutan casting buat jadi model dan figuran film, atau bagi yang cowok: berlatih nge-band buat mendukung program nasional "negeri sejuta pengamen"... ah, terlalu banyak yang bisa disebut.

Mungkin argumen saya terlalu mengada-ngada. Pasti lah, saya!

Tapi serius, saya diam-diam mendukung program itu (meskipun selama ini saya kadang juga mendownload file-file sangat jelas itu.) Kerena makin sedikit halaman bokep yang bisa dibuka, maka makin sedikit teman yang bersemangat buka browser di tengah malam. Semoga dengan demikian, internet di kantor jadi lebih lancar tarikannya. Kecepatan download minimal 70 kbps bisa diraih, dan berbagai album blackmetal pun jadi lebih cepet saya dapat di hard disk, hihi...

Dan semoga lagi, blog ini nggak dianggap sebagai situs bokep!


Tuesday, March 25, 2008

Dengkul

Berikut ini adalah gambar dengkul. Tepatnya dengkul kiri saya yang wujudnya lagi nggak beres. Sebuah kejadian yang tak direncanakan telah mengakibatkan lutut ini berbenturan dengan bodi sebuah gerbong KRL. Ah, untunglah, otak saya nggak terletak di dengkul, sehingga saya nggak sampai mengalami gegar otak.

Selama dua hari ini, sedikit gangguan saya rasakan sewaktu berjalan. Terutama pas beranjak dari tempat duduk, naik ke suatu wahana, atau sewaktu menuruni anak-anak tangga di kantor menuju lantai satu. Sempat juga saya mengumpat: "Kenapa sih kantor musti dibikin pakai naik-turun tangga? Mbok yang biasa-biasa aja!"

Tapi sejujurnya, saya rada menikmatinya. Rasa ngilu yang bikin panas-dingin sekujur tubuh, teraksentuasi dengan panas menyengat dari koyok cabe plus olesan lembut counterpain sumbangan seorang teman.... uh uh, pain so close to pleasure! Saya merasakan gairah yang mengharu biru.

Tiba-tiba si dengkul, salah satu organ tubuh yang selama ini terabaikan dari wacana kenarsisan saya, menjadi pusat perhatian yang cukup memikat. Seakan seluruh sel-sel tubuh ini jadi ogah-ogahan bekerja, sibuk bergosip tentang kejadian aneh yang sedang menimpa salah satu tetangga mereka. Dan saya menikmatinya.

Tapi... anjrit! Saya sekarang bingung di mana saya meletakkan deskripsi tentang "kejadian yang tak direncanakan" itu. Mungkin kalian masih bertanya-tanya kenapa dengkul bisa diadu dengan bodi kereta. Ceritanya rada panjang dan rumit. Saya bingung dari mana memulainya. Maaf. Yang pasti, pesan moralnya adalah: bodi KRL itu memang keras, jenderal! hihi..

Thursday, February 28, 2008

Ehm, ehm...


Setelah hampir sebulan nggak menyentuh dashboard Blogger ini, saya kembali menyapa Anda semua. Formal banget kek pembawa acara infotainment kaan! hehe..

Kemarin-kemarin, saya memang nggak mengetik apa-apa di blog ini. Bukan berarti saya sengaja menghilang, sok-sok hiatus (kata-kata yang sering dipake di blog biar berkesan bahwa nge-blog adalah pekerjaan kreatif.) Saya baik-baik saja, nggak menghilang. Tubuh fisik saya masih berkeliaran di lingkungan fisik sekitar saya. Kehidupan berjalan sebagaimana adanya.

Dan sebagaimana kehidupan pada umumnya, kadang memang terjadi beberapa gejolak, yang sepanjang masih menyangkut hal-hal duniawi sudah pasti ada solusinya. Contohnya adalah gejolak napsu berahi... waaah ngelantur! Saya cuma mau bilang: banyak kejadian menarik selama sebulanan ini, tapi nggak menarik buat dipejeng di sini.

Lantas apa yang membuat saya memutuskan untuk kembali mengetikkan kata-kata kurang senonoh di blog saya yang hina ini?? Itulah yang saya bingung buat menjawabnya, karena memang bukan pertanyaan penting.

Dan, sekalian pamer, dua hari ini saya bangun jam setengah tujuh pagi, gak peduli tadi juga tidur jam empat. Jadi... inilah postingan pertama yang saya bikin pada pagi hari.

Ahhh, ngantuk... mo tidur bentar deh ya! Promise that I will type something more often, more unprecious things here.


Sunday, January 27, 2008

Home sweet home....

Ini foto saya colong dari sebuah situs yang saya lupa letaknya di mana. Karena halamannya diprotek, gambarnya nggak bisa di-save langsung dengan right click, maka saya meng-capture pake MW Snap, hehe...

Pilihan objeknya lumayan bagus.. sangat nostalgic... rustic.. mencuatkan nuansa "abandoned civilization".. saya suka itu!

Seperti cangkang yang ditinggalkan oleh siputnya entah dengan alasan apa. Begitu rapuh digerogoti usia. Teronggok senyap di sebuah sudut yang kumuh, berdebu tebal. Terlewat dari dahaga mata para penikmat "keindahan", yang lebih memilih permata gemerlap di balik tabir gelap nun jauh di seberang lautan.

Adakah di antara kalian yang sepakat denganku, dan rela untuk tinggal bersamaku di sini, hihihih..... (ketawa gaya kuntilanak)


Sunday, January 20, 2008

Perbincangan nggak penting


Siang itu, di Stasiun Pasar Minggu Baru, pas saya lagi duduk di peron nungguin kereta dari arah utara, laki-laki di sebelah itu tiba-tiba mengajak ngobrol. Dia buka dengan: "Zaman sekarang susah banget ya nyari duit!"

Terlalu umum, nggak cerdas, retorika khas basa-basi! Itu yang ada dalam pikiran saya.

Saya pun menengok, meneliti penampilannya, dan sekilas terlihat di matanya dia memang pingin ngajak ngobrol (untuk kesekian kalinya itu terjadi). Dan... tampangnya rada aneh, antara letih dan merasa sedang terkutuk untuk terus bekerja.. jadi terusin aja. Saya membalas pernyataan datar itu dengan nyengir kuda.

"Bawa ini yah?" tanya saya sambil nunjuk ke dagangan aneka pernak-pernik cewek macam jepit rambut, gelang, kalung, dan sebagainya yang teronggok di sebelah kiri saya. Posisi duduk saya adalah di antara si abang-abang dan pernak-pernik itu.

"Enggak, Mas. Saya nyari botol akua..."

Astrajingga... ternyata karung plastik kusam di dekat kakinya itu punya dia! Di sebelahnya ada gancu. Tapi kaus warna putih, sandal jepit, dan celana panjang warna khaki itu sungguh bukan ciri khas para pemulung.

"Nggak papa kan, orang Kalibata nyari botol akua? Yang penting halal kan?" dia menambahkan. Ah, pertanyaan retoris lagi. Tapi yang ini rada nyeleneh menurut saya.

"Lha memang apa hubungannya! Orang mana aja boleh kerja apa aja yang penting gak bikin perkara dengan orang lain...," saya menjawab dengan sok-sok bijak, "By the way, lo orang sini asli gitu? Tinggal di mana?"

"Iya Mas, saya orang sini asli, tinggal di Gang Pomad. Daripada pusing di rumah mendingan kan kerja gini buat nyari makan. Zaman sekarang kan orang kalo nggak kerja nggak bisa makan, betul tidak?" ujarnya (kata "betul tidak" itu tambahan saya sendiri biar mirip2 gaya Aa Gymn, hehe...)

Saya mengangguk-angguk biar kesannya serius.

"Boleh kan Mas, saya ngumpulin botol-botol plastik bekas itu? Gak dilarang kan?"

Aarggh.. kenapa pula ini! Saya menghela napas puanjaaaaang.

"Gini yah Bang... kalo yang lo kumpulin itu botol-botol plastik bekas yang berserakan di jalan, ya nggak apa-apalah. Itung-itung mbantu bersihin sampah. Kalau yang lo ambil adalah botol-botol baru yang masih di toko, itu baru perkara!" kata saya, sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari kantong tas.

Saya nyalakan satu, trus sodorkan bungkus rokok itu ke dia. Dia terheran-heran! "Rokok nih," saya pertegas tawaran itu. Dia jawab: "Gak papa yah? Memang masih ada persediaan?"

"Masih. Ambil aja satu. Gak enak aku ngrokok sendirian," saya sodorkan juga geretannya. Niat busuk di balik itu semua sih, biar dia lebih komunikatif. Serius loh.

Dia sedot dalam-dalam rokoknya. Dalam bayangan saya, itu rokok kedua batangnya untuk hari ini. Interogasi bisa kembali dilanjutkan!

"Kalau tidur di mana?" tanya saya.

"Di rumah."

"Ooo, pernah tidur di sini?"

"Enggaklah Mas, saya kan punya rumah. Bisa meriang saya kalau tidur di sini. Anginnya kenceng, belum lagi nyamuknya banyak banget."

"Aku sering liat tuh, pada tidur di sono," saya menujuk ke peron seberang, tempat saya biasa melihat rombongan para pemulung bikin tenda-tenda darurat.

Para pemulung itu biasanya nongol pada senja hari untuk bersiap-siap bikin acara camping serius. Ada yang sendirian, berpasangan, ada yang sekeluarga lengkap dengan bocah-bocah kecilnya. Ada pula yang bergerombol sambil bercerita dengan riuh --mungkin lagi membahas topik-topik penting dalam millist indo-pemulung@yahoogroups.com, hihi..

"Mereka memang nggak punya rumah. Jadinya terpaksa tidur di situ. Mereka tukang beling Mas. Kalau saya lain," kata si abang yang ternyata masuk golongan "tukang plastik" itu.

Lalu perbincangan terhenti sejenak, karena dia bertegur sapa dengan seorang bapak-bapak usia 50-60 tahunan yang mengenakan kaus Golkar warna oranye lusuh, celana tiga perempat, sepatu model converse dengan kaus kaki garis-garis, kupluk warna coklat membungkus kepalanya, menggendong keranjang besar di punggungnya.

Si bapak-bapak ini berjalan rada cepat menyusuri pinggiran rel. Gancunya sigap mematuk semua botol dan cangkir plastik yang terlihat oleh matanya.

"Ha, ha... dia sama kayak saya, Mas. Orang asli sini juga," dia menambahkan deskripsi pada kejadian barusan.

"Ooh, botol plastik juga yah. Bukan kayak biasanya memang," kata saya sambil manggut-manggut.

Tiba-tiba, kereta datang. Dia pamit trus berlari ke gerbong pilihannya. Ah, belum selesai saya mengupas tuntas tentang dia. Di antara saya catat adalah: dia idealis yang butuh dorongan semangat, tapi... jalan ke Pasar Minggu (jaraknya lebih-kurang 5 kilometer) aja kenapa musti naik kereta!

Period.

Thursday, January 17, 2008

Jalan sore-sore


Sedang ngapain mereka berkerumun di depan kaca itu, hayo tebak! Yang jelas mereka bukan lagi mengantre tabung gas tiga kiloan yang sekarang beritanya lagi seru itu. Tempatnya terlalu bersih kaan, hihi... Mereka juga bukan sedang nengokin mantan plesiden yang sekalang lagi sakit palah and nggak kunjung dijemput malaikat maut itu. Rumah sakitnya sih bener.

Tapi... gambar hasil jepretan kamera VGA ini diambil di sebuah rumah sakit ibu & anak nun jauh di pelosok sana, di daerah Parung... (sempet mikir juga saya, kenapa hanya ada rumah sakit ibu & anak, nggak ada "rumah sakit bapak2", apakah memang benar ibu dan anak-anak adalah para mahluk lemah yang perlu dibikinin rumah sakit khusus??)

Nah, kali ini tebakan kalian benar. Kejadian itu berlangsung di depan ruang tempat mereka menyimpan para bayi. Tumben cerdas, hehe... The news is: saya lagi jalan-jalan ke rumah sakit buat nengokin temen yang abis melahirkan.

Pemandangan yang mirip cover Pink Floyd bertitel "Momentary Lapse of Reason" ini adalah ruang kaca tempat mereka mendisplay bayi-bayi yang mereka berhasil keluarkan dari rahim ibunya.

Saya membayangkan: cuma bayinya diperlihatkan... coba kalau proses pembuatannya juga dilakukan di balik kaca itu.. pasti penontonnya lebih berjubel!! Ahh, sembunyikan pikiran mesum itu dari publik!

Tapi.. liat deh cara mereka mendanani para mahluk imut tak berdaya itu! Rada nggak manusiawi sepertinya. Tangan sampe kaki dibelenggu dengan selimut tebal. Mirip banget dengan kebab, spring-roll, ataw lunpia semarang gitu kaan. Dan liat gambar paling bawah: dia menangis meraung-raung. Dia hendak meraih minuman susu di sebelahnya --sepertinya sengaja ditaruh di situ-- tapi gimana caranya!

Saya nggak ngerti ide di balik itu semua. Beneran deh, dalam hal ini bayi gajah atau jerapah jauh lebih beruntung. Mereka membiarkan bayi-bayi mereka secara alami belajar menjalani hidup, tanpa memaksakan training berbau bdsm (bondage, discipline, sado-masochism) seperti ini. Dan seingat saya, saya belum pernah mengalami perlakuan seperti ini pas masih bayi lho.

Yang pasti, di situ ada sesuatu yang yang selama ini terlewatkan dari perhatian saya. Terobsesi dengan kematian, mestinya juga mengadopsi berbagai hal yang berhubungan dengan kelahiran. Dua hal yang inherent dalam satu paket kehidupan...

Nanti kapan-kapan saya akan bahas serius tentang ini, bisa jadi tempat ini juga... (ini penutup sok filosofis yang dibikin-bikin, biar kesannya ada ending-nya, hihi...)

Monday, January 14, 2008

Apologi


Tadinya saya ingin bikin puisi berjudul "Selamat Jalan Sobat". Tapi berhubung sampai detik ini yang punya kuasa atas takdir belum mengirim malaikat maut buat menjemput sobat saya tersebut, maka saya urungkan niat itu.

Dan ujung-ujungnya, sekarang saya nggak bisa berspekulasi tentang segala misteri di balik semua ini.
Tiba-tiba, keriuhan itu lenyap. Semuanya begitu senyap!

Saya hanya bisa terduduk memandangi diri saya sendiri --yang saya nggak pernah pahami.