Thursday, July 26, 2007

Jablay Darat

Saya minta maaf kalau tiba-tiba ada adult content nongol di blog ini. Saya memang suka nggak bisa mengendalikan diri. Maka, untuk menghindari wacana moral yang berlebihan, saya menyarankan kepada kalian yang ngerasa belom dewasa bener agar baca postingan saya sambil merem. Karena saya nggak tau apakah kata-kata saya dianggep cukup senonoh menurut pandangan kalian. Contohnya adalah yang sekarang ini.

Dari kemaren saya udah mau bikin postingan ini, tapi selalu kepentok pikiran: jangan-jangan saya dipandang sebagai aktivis kegiatan anti-moral yang sekarang lagi numbuh subur bak jamur di musim duren. Dan mentang-mentang tongkrongan saya lumayan mirip James Dean jaman muda (kalo mau potong rambut), saya dianggep sebagai "Rebel without a Cause"!

Saya memang suka kebebasan. Tapi yang perlu Anda ketahui, saya nggak pernah menyarankan kegiatan "pembebasan" lewat aksi fisik semacam menjadi freedom fighter. Saya nggak pernah bercita-cita merekrut orang-orang buat mendirikan Laskar Maksiat, misalnya. Pembebasan hanyalah untuk saya sendiri... no one but ourselves can free our minds. Buat kalian, terserah kalian sendirilah.

Apalah artinya saya coba! Jomblo narsis sok pinter, kurang kerjaan, tukang ngetawain orang-orang yang salah gaya... puas? puas??

Maka dari itu saya nggak menyarankan Anda untuk mengubah attitude, cara pandang, dan kesan yang timbul di benak Anda tentang saya. Terserah kalian menganggap saya terlalu polos, terlalu cute, ganteng, terlalu kalem, anggun dan berwibawa. Itu hak kalian dan saya nggak akan protes.

Aarrgh.. kaan?? Kepanjangan basa basi saya! Sekarang saya jadi lupa tadi mau ngetik apa tentang jablay darat... mau ngambil angle yang mana. Dan..... sekarang saya udah lemes banget, udah mulai subuh pula (di sebelah mulai kedengeran suara2 orang ngaji). Nanti aja deh kapan-kapan saya bikin postingan beneran tentang cewek malem itu. Janji.

Ciao!

Friday, July 20, 2007

Jablay Terbang

Bukan! Saya bukan mau ngatain seseorang. Postingan ini gak ada sangkut pautnya dengan kalian semua. Dan saya mau menulis ini karena saya yakin banget bahwa dua mahluk "jablay" itu ga prenah browsing internet apalagi buka blogspot saya. Tapi ada dua ya?? Exactly!

Yang pertama adalah seorang cewek malem yang beberapa hari ini sering saya lihat di pertigaan dekat tempat saya bersarang. Nongolnya selalu sekitar tengah malam (karena itulah dia disebut "cewek malem" whatever she does for a living.) Saya akan bikin postingan soal dia kapan-kapan deh.

Yang kedua --kalo dipikir-pikir masih nyambung sih-- adalah mahluk halus yang konon menggentayangi temen saya tadi malam di deket pertigaan. Teman saya yang tukang potret itu jadi rajin mampir ke tukang rokok pertigaan, setelah saya beritahu soal keberadaan cewek malem tadi. Nyambung kaan?

And here is the story...

Semalem saya nyamper ke tempat "my formerly lovely bule Baduy" di daerah Tebet. Doi baru datang dari Australia hari Minggu kemarin, setelah beberapa tahun nggak berliburan ke Tanah Air. Kita pun bercanda dengan riang gembira, melepas rindu membara, mengenang masa lalu yang cerah ceria, melupakan hidup yang penuh derita.. apaan coba!! hahaha...

Nah, begitu perut kerasa laper, saya baru nyadar... udah jam tiga pagi! Saya buru-buru pamit, pulangnya mampir makan di indomi Pancoran, sambil bawa tentengan kantong kresek isi jajanan berupa coklat monggo, kacang atom, dan beberapa kaleng bir item yang saya beli di sirkel-key, oleh-oleh buat temen kantor (penting ga sih diceritain?). Lalu saya naik angkutan preman, turun di sebelah TMP.

Sesampai di depan gang, saya mulai merasakan suasana mencekam. Bukan karena lampu jalan banyak yang mati dan di sepanjang jalan itu memang rimbun dipenuhi vegetasi. Bukan pula karena letaknya persis di belakang tembok kuburan pahlawan. Tapi... anjing! Bisa-bisanya tiga anjing nongol sekaligus di jalanan itu. Biasanya kan cuma satu rada cerewet, dan kadang saya tendang pake sepatu boot kalo lagi iseng kumat, hihi..

Itu anjing tumben-tumbenan pada ngeliatin saya doang. Keliatan rada takjub gitu. Sampai saya berjalan 20-30 meter, mereka masih pada nengok ke arah saya. Dan cara mereka menatap itu mirip dengan para penduduk sebuah dusun yang sunyi, duduk-duduk di tepi jalanan pada sore hari, tiba-tiba mendapati ada orang asing berjalan melintas tanpa bilang permisi.

Beberapa menit berjalan, akhirnya di depan pertigaan kecil di depan sana, tepatnya di depan warung rokok si Maman yang buka twenty-four-hours-a-day, saya melihat kerumunan warga setempat. Mereka kira-kira berjumlah lima orang (maaf kalo lagi tanggal tua gini matematika saya buruk, jadi "lima" aja pake "kira-kira", hihi.. --Red.). Mereka mengalihkan pandangan ke arah saya begitu saya mendekat.

"Gus, piaraannya nongol tadi!" seorang di antara mereka berteriak rada antusias.

"Naah, untung lo dateng. Ayo jalan bareng ke kantor!" kata temen saya yang tiba-tiba terlihat di antara mereka.

"Ada apaan??"

"Itu tadi ada putih-putih terbang dari sono noh, trus turun di tanah kosong belakang gedung!" yang lain menimpali sambil nunjuk-nunjuk ke arah jalanan menuju kantor saya.

"Ooo," kata saya, sambil sok-sok menghela napas panjang, "Memang sekitar pohon kelapa di SMP itu rada gawat. Kemaren ada anak nongkrong lari terbirit-birit ngeliat kuntilanak di situ, huhu.."

Terus terang saya sebenernya belum pernah bertatap muka dengan jin yang letaknya di situ. Cuma kadang ngecium bau kenanga dan kepala kerasa rada nyut-nyut pas di situ. Begitu doang, dan gak selalu. Cahaya terbang itu, saya juga pernah ngeliat dari kamar ibu kos.

Percaya dengan yang gituan? Saya tidak percaya dengan yang gituan. Tapi saya percaya takhayul! Dan saya percaya juga, mahluk semacam itu gak bakal nyekik leher kita kayak di film-film horor murahan yang suka nongol di bioskop 21, hihi... Mereka cukup tampil secara audio/visual, atau bau-bauan. That means a lot of energy from their side, dan sebagainya. Jadi ngapain takut!

Akhirnya, si Tongki temen saya itu berjalan di sebelah kanan. Langkah kaki rada mengendap-ngendap, mirip anak kecil yang baru pertama kali masuk ke "rumah hantu" di pasar malem. Di pundaknya tergantung tas kamera ukuran sedeng.

"Memang sengaja mau motret hantu?" tanya saya.

"Syalan, gue dari liputan. Tadi mampir ke situ ngobrol ama mereka bentar.. ehh nongol tuh mahluk. Yang ngeliat banyak kok, bukan cuma gue doang!"

"Pasti lo demen ke situ gara-gara ada jablay hotel Kaisar yang suka nongkrong di situ, hihi... dan sekarang malah nemu jablay terbang! Ngomong-ngomong, biasanya tuh dia ada di pohon kelapa sebelah kanan kita ini loh!"

Dia langsung pindah ke sebelah kiri saya.

"Nah, biasanya dia landing di sebelah kiri kita ini," kata saya sambil nunjuk ke tanah kosong penuh semak belukar di sebelah kiri, dengan gaya niru-niru Pak Leo Lumanto.

"Anjrit!" dia berteriak sambil matanya melotot, bersungut-sungut...

Ended!



Moral Cerita:

Gak ada! Sebagaimana biasanya, cerita ini gak pake moral, ngetiknya juga gak pake otak.... Yang jelas, saya akhirnya bikin ID baru buat Yahoo!Messenger saya: jablay_terbang. Silaken di-add yak!

Monday, July 02, 2007

Lumpurnya kenapa (lagi)?


Sekuel dari bencana di Sidoarjo itu memang nggak semengerikan dalam bayangan saya setahun silam, ketika saya bikin postingan tentang lumpur Lapindo di
blog saya yang dulu. Rentetan kejadiannya, ternyata, cuma berlanjut di sekitar persoalan ganti rugi tanah buat sodara-sodara kita yang jadi korban, lempar-lemparan tanggung jawab di antara para capitalist dan authority, lalu peristiwa "crying president"... huh!

Tapi tetap saja.. cuma sedikit di antara kita yang menyoal "teknologi tampon" yang musti dipake buat mengakali bocoran itu (mother nature lagi mengalami menstruasi, hihi). Cuma sedikit yang menaruh perhatian pada temuan tentang retakan sungai purba di lokasi tersebut. Juga, yang mempersoalkan berapa kira-kira biayanya, dan... seberapa besar kemampuan anak bangsa kita dalam memanfaatkan teknologi paling modern untuk mengatasi bencana ini.

Lhah, tapi kan kita udah modern banget!

Liat aja di pameran komputer dan telepon seluler di Jehacece, Jakarta, beberapa waktu lalu. Antrean mobil pengunjung sampai bisa menimbulkan kemacetan luar biasa di sekitar lokasi. Sepertinya gede banget jumlah transaksi di situ. Gede banget anu kita, upss,, antusiasme kita terhadap teknologi wayerles, triji, dan sebagainya...


Bisa jadi, dalam agama baru di masyarakat kita yang bernama "modernism", henpon dan leptop canggih adalah ajimat yang musti dipunyai buat meningkatkan spiritualitas seseorang (dan kitab sucinya adalah manual book serta berbagai artikel yang mengulas teknologinya..).

Di antara Anda ada yang jadi penganutnya?
That's okay... selama kalian juga nggak mengusik kepercayaan tradisional saya sebagai penyembah pohon, hihi...

Tapi saya perlu menekankan bahwa "menguasai teknologi" kadang memang beda banget artinya dengan "menguasai pengoperasian peranti berteknologi". Karena itulah, si Adjat, tukang rokok di depan kantor saya yang sekarang berubah jadi rada tulalit gara2 telinganya sering disumpal pake earphone yang menjuntai dari henpon-nya, belum tentu bisa dibilang "menguasai teknologi multimedia"... Itu menurut saya...

Jadi.... anggaran buat beli henpon dan leptop baru itu mendingan kita tabung.. sebagai persiapan buat dana pendidikan anak cucu kita kelak, supaya di abad mendatang mereka jadi orang-orang yang pinter di bidang pure science, lalu menguasai teknologi yang lebih useful daripada cuma ngulik henpon, dan berhasil menemukan cara yang pas buat mengakali semburan lumpur Lapendos itu. Begitukah? Tepat sekali.

(Bisa jadi, ini adalah argumen yang paling gak nyambung di antara seluruh penjuru blog! Tapi ah, masuk akal banget kok. Lagian, suka-suka gw dunk, wong ini blog gw sendiri, huahahaaa....)