Saturday, December 15, 2007

Scary Cinema: Kuntilanak Tiga



DISCLAIMER:
Cerita di bawah ini adalah rekaan. Saya tidak melakukannya dengan sengaja seandainya ada kemiripan nama, bentuk tubuh, dan susunan gigi, hihi..



Sore itu, Yanti dan Muti berniat menghabiskan waktunya di sebuah pusat perbelanjaan mewah yang berlokasi di tengah-tengah kota. Pukul sembilan lebih dikit, dan toko-toko udah mulai tutup. Tapi tujuan mereka memang bukan buat belanja. Mereka hendak menonton film "Kuntilanak 2" di bioskop yang terletak di lantai delapan.

Usai memarkir mobil di lower ground, mereka langsung menuju lift, pencet angka 8, dan hups.. sampailah mereka di tengah ingar bingar para abege yang lagi malem mingguan. Ada yang datang berombongan, berpasang-pasangan, ada pula yang clingak-clinguk sendirian. Neon box warna-warni tersebar di segala penjuru, bikin suasana di situ begitu seru.

"Wah, tuh ada cowok keren!" bisik Yanti sambil nunjuk ke seorang mas-mas di pojokan yang lagi asyik mencet-mencet henpon Communicator-nya.

"Dasar ganjen lo! Lagian, potongan rambut kayak iguana darat gitu dibilang keren. Mendingan yang itu dong, mirip Brad Pitt jaman masih miskin," kata Muti, membuang pandangan ke cowok gondrong berbaju item-item, topi item, dan sandal gunung item, yang duduk sendirian di sofa smoking room.

"Cumi, lo sih memang suka yang aneh-aneh gitu," kata Yanti.

"Yee, mentang-mentang cowok lo kalem banget kek guru ngaji!" kata Muti sambil membenahi letak tali tanktop-nya.

Memang, dalam setiap kesempatan, dua cewek ini selalu riuh berdebat. Mungkin justru itu yang bikin hubungan mereka terus erat. Additional info: mereka berteman dari SMA. Dan sekarang, Yanti kuliah di sebuah akademi sekretaris swasta ternama sedangkan Muti mahasiswi teknik informatika jurusan Depok-Pasarminggu (lho!).

***

Lima belas menit berlalu, dan pintu bioskop tujuh pun dibuka. Para penonton dipersilakan masuk. Dengan tertib mereka melangkah ke dalam, lalu duduk di bangku masing-masing. Lalu.. seperti biasa, acara berlangsung dengan rada khidmad. Terdengar bisik-bisik di sana-sini.. jeritan kompak manakala si kunti nongol dengan mengagetkan.. kadang tawa cekikian kecil rombongan abege yang duduk di depan.

"Diem lo!" kata Muti sambil kakinya nendang bangku di depannya, sebagai reaksi atas kegaduhan mereka.

"Lo juga diem deh, dari tadi ribut mulu bedua," bisik mbak-mbak di belakang. Muti nggak nengok, matanya tetap fokus ke layar. Sebagai seorang movie-freak sejati, dia selalu menonton film apa saja dengan khusyuk.

"Eeh, itu ganteng banget yang jadi cowok jahat! Gue mau tuh dijadiin bini simpenannya, hehe...," kata Yanti dengan vokal cemprengnya.

"Sttt...!!"

Suasana hening.. senyap... nyaris tak ada lagi suara-suara spoiler.. bagaikan berada di dalam pesawat ulang-alik pas mesinnya dimatikan (sok tau banget kan gw, hihi.. --Red.)

Lalu tiba-tiba terdengar gerutuan mbak-mbak di belakang Yanti-Muti tadi: "Pilem apaan ini! Mosok udah tiga puluh menit belum ada satu pun adegan ML.. tau gini mendingan beli DVD pilem dewasa aja di Ambas!"

Yanti menimpali, "Dasar otak mesum, udah tau kan yang kita tonton ini pilem horor... kalo nggak buta hurup, baca deh tadi judulnya kan 'kuntilanak dua'!"

"Iyah, dan saya adalah... kuntilanak tiga! Hih, hih, hih... ..."

Tawa melengking itu begitu memekakkan telinga. Intonasinya bikin bulu kuduk beserta bulu-bulu lainnya berdiri...

Serentak, Yanti dan Muti memandang ke belakang... astaganaga!! Di belakang mereka duduk sesosok cewek berwajah pucet, rambut panjang acak-acakan, mengenakan long-dress warna putih kumel... tipikal hantu banget! Dan yang lebih mengagetkan, tiba-tiba semua penonton menghilang... Ruangan besar itu begitu dingin....

"Huwaaaa...!!!" duet yang fals dan nyaring pun terdengar. Berebutan mereka menghambur ke pintu exit.

Mereka berlari sambil menjerit-jerit, menyusuri lorong-lorong yang gelap dan sempit... sampai akhirnya, di bawah lampu neon yang temaram, terlihat seorang pria berseragam safari hitam. Sebuah handy-talky di tangan kirinya. Dengan sikap waspada, si bapak itu mengawasi dua cewek yang berlari ke arahnya.

***

Sambil terengah-engah, kedua protagonis kita itu menceritakan segala kejadian yang barusan menimpa.

"Yakin bahwa tadi tombol angka yang dipencet nomer delapan? Ini kan lantai sebelas! Saya ke sini karena ada laporan tentang sesuatu yang mencurigakan di sini.... bioskop itu adanya di lantai delapan, Dek!" petugas sekuriti itu menjelaskan.

"Lho kok bisa?" si Yanti bertanya sambil melongo.

Dan sekuriti itu memulai ceritanya yang panjang lebar tentang sejarah berhantunya lantai kosong yang tengah direnovasi itu. Tentang kebakaran yang pernah melanda bekas ruangan bioskop lantai sebelas. Tentang kemunculan hantu legendaris bernama Rositta. Juga tentang beberapa pengunjung yang mengalami nasib penghantuan serupa dengan mereka, yang prosedur awalnya sama: disesatkan ke lantai 11.

Semuanya bikin Yanti dan Muti tambah lemes, tiba-tiba perut mules. Dan mereka pun sepakat: nggak akan lagi-lagi nonton pilem hantu... Mendingan nonton pilem saru.



8 comments:

Anonymous said...

Ini "cowok gondrong berbaju item-item, topi item, dan sandal gunung item, yang duduk sendirian di di sofa smoking room" deskripsi atas dirimu kah? Sejak kapan jadi narsis??
Aku ingin codot yang dulu!!!

Author said...

*masih nunggu yang pengalaman karaoke itu*

Anonymous said...

XAXAXAXAXXAXAXAX
the haunting theater, tp kok lucu??
tanggung jawab!!!

Anonymous said...

Yanti itu yg kalo ngomong suka nunjuk2 gitu ya... yg pernah nunjuk mas-mas serem sambil ngomong "tampang preman.. makan gorengan..."

Aku udah nonton film kuntilanak versi di atas tadi juga.. tapi pendeskripsian mas-mas baju item pake sendal gunung itu salah. Karena lebih mirip Letto ketimbang bretpit jaman muda...

sekarang lagi tenar tuh bawain lagu buat sontrek sinetron...

ishtar said...

Kuntilanak ya?
Kamu tuh..mbok posting ki ojo sing aneh2 lah bro..tapi ga papa..secara kamu pun makhluk dari dunia yang sama kan?

Anonymous said...

abies baca postingan ne langsung tolah toleh kale aja kuntilanak 4 nongol qeqeqe...
lam knal yack

Anonymous said...

yang perlu didit tuh "bret pitt" jadi "letto" bukan "jaman muda" jadi "jaman masih miskin"

Anonymous said...

Eh uh eh, mau nambahin cerita : "Saking terkejutnya sama si kuntilanak tiga, tali tanktop si Murti sampek lepas" xixixixi