Friday, October 31, 2008

Stop press....

Membaca semua item berita di detik.com soal penyelidikan kasus mutilasi yang diawali dengan penemuan daging gelonggongan... ehh, potongan jasad manusia di bus Mayasari itu, saya sedikit takjub. Tapi bukan oleh kejadian mutilasi itu sendiri.

Hati saya rada berdesir tatkala menatapi foto mbak Yati, tersangka mutilator, yang terpampang di salah satu halaman. Serius. Lekukan di pinggir hidung, bentuk dan posisi bibir plus warna bibir yang rada item sepertinya gara-gara rokok, guratan kantong mata itu... mengingatkan saya pada seseorang yang sekarang telah menghilang nggak tau ke mana (hope she's alright, may God bless her). Si embak tersangka pembunuh ini jelas bukan dia loh!

Tapi itu nggak seberapa. Yang membuat tuh berita jadi penting di blog ini, menjadi alasan kuat kenapa saya mesti mengetikkan postingan ini right here right now adalah... baca potongan berita di bawah ini deh!


Terlalu rumit buat saya untuk menjelaskan bahwa mulai detik ini saya nggak memakai nama BURUNG sebagai pseudonym di blog, FS, FB, ataupun Y!M, hehe....

Life is a too personal terrible joke! (1)

Yess.. I suspect, there will be more serious things waiting for us in the darkness of human heart, behind the psychedellic masks of human and divine wisdom preached by those-who-know-everything.

And the false civilization we inherit for generations will be proved to be the most terrible form of an old carriage full of gloomy faces helplessly trying to follow Her traces; heading to the Dark Millennia Lifeway Station authorized by Mr. Time as Her commander in chief.

There must be more serious things waiting for us.

I mean, I suspect... there will always be a darkness at the end of the tunnel.

However, be happy as your life can be, and trust me not, for the truth is right inside your heart, right?

Tuesday, October 21, 2008

Rencana postingan berikutnya adalah....

Resensi buku! Karena, saya sudah lama nggak berlatih mengetik asal geprak seperti ini. Dan postingan blog yang paling gampang, nggak ribet, adalah resensi film, musik, atau buku, hehe. Tapi berhubung buku yang saya hendak bahas itu tiba-tiba lenyap dari pandangan mata, diculik entah oleh siapa (mungkin diyem-diyem lagi dipinjem oleh ponakan tercinta) maka... tunggu ajalah tar kapan-kapan kalau sempet.

Adapun definisi "resensi": ulasan, alias review, terhadap sebuah karya (buku, film, musik) yang sudah meluncur di pasaran. Orang yang meresensi itu nggak perlu jago dalam mencipta karya sastra, musik atau film. Seorang kritikus sastra nggak selalu adalah sastrawan. Kritikus seni rupa banyak yang nggak becus melukis, peresensi musik pun jarang yang beneran jadi pemusik. Resensi film juga, kebanyakan ditulis orang-orang yang cuma bisa duduk anteng mantengin pilem di gedung bioskop, sambil ngunyah-ngunyah kwaci dan singkong goreng (ada gak yah, hehe...)

Nah, yang nanti saya mau bahas di sini adalah buku primbon. Sebagai penganut takhayul sejati, sudah pasti saya menaruh minat terhadap hal-hal yang berbau klenik dan supranatural. Tapi saya sepertinya bakal susah menjadi tukang primbon, karena ternyata ilmu primbon itu punya banyak sisi "cerebral". Banyak menggunakan hitungan matematika, ilmu fisika, falak, plus rumus-rumus integral, sehingga sulit dicerna oleh otak sempit saya yang makin tua jadi tambah bebal, sering garuk-garuk kepala yang gampang gatal, gara-gara rambut udah lama gak dikeramas pake sampo metal!

Jadi kalau harus memilih, karena hari lahir saya adalah Jumat Kliwon, maka saya nggak cocok kerja jadi tukang primbon... saya lebih cocok jadi bloger kapiran yang sok-sok dukun, atau sekalian jadi dukun santet beneran, huahahaha....

Just wait n see yaw....