Wednesday, October 03, 2007

I'm dreaming of a white Lebaran....

Pada setiap penghujung bulan puasa seperti ini, saya selalu kehilangan sesuatu. Ada semacam kesedihan yang mengharu biru. Dan semakin hari, saya memang jadi semakin susah menyambut bulan Ramadhan ini dengan penuh sukacita (sebagaimana ciri orang-orang beriman, hihi..). Bisa jadi, karena puasa selalu bermuara pada... Lebaran!

Mood saya kali ini adalah memandang Lebaran sebagai belenggu tradisi yang menyebalkan. Kenapa harus ada acara seperti ini?? Okay, biar adil, here is the ups and downs....

Sisi positip Lebaran:

1. Dapat merasakan "hikmah puasa", setelah sebulan penuh menjalani ritual biologis dengan penuh keprihatinan, pada hari pembalasan itu kita bahagia karena boleh makan, minum, merokok di mana pun dan kapan pun tanpa takut berdosa kepada Tuhan ataupun sungkan kepada calon mertua. Boleh makan ketupat sayur bikinan nenek sampai perut kembung.

2. Merasakan nikmatnya menjadi sosok yang kembali fitri, bersih dari segala dosa dan utang. Gejala yang paling jelas: pikiran jadi ringan melayang-layang karena dompet rada tebel setelah dapet THR, pake baju-clana-sepatu baru, nenteng henpon baru, kamera baru.. ups.

3. Dapat kesempatan bersilaturahmi dengan kerabat dan handai tolan, menemukan aktualisasi diri di kampung halaman. Misalnya, setelah berbulan-bulan bekerja keras bagai kuda di Ibu Kota (Koes Plus banget yak!), kita bisa petentang petenteng di hometown kita. Mondar-mandir pake mobil kinclong di jalanan mulus dan bersih yang biasanya senyap itu, berjubel di tempat jajanan enak khas daerah masing-masing. Senyum ceria mengembang di mana-mana.

Adapun sisi negatipnya ialah...

1. Menimbulkan kesedihan buat yang gak bisa pulang ke kampung halaman padahal sebetulnya pengen. Setiap pertanyaan "pulang kampung gak?" dirasakan sebagai tikaman yang menghunjam ke ulu perasaan. Bisa karena alasan ekonomis, seperti keluarga Mas Maman si tukang rokok di sebelah kantor itu. Bisa pula karena.. ah sudah, sudah! Saya nggak mau curhat di sini.:">

2. Udah itu doang, saya gak bisa mikir yang lebih banyak lagi. Saya nggak bisa manjang-manjangin postingan ini, huhu....


****

Saya sendiri sebenarnya ingin sekali pulang berlebaran di kampung halaman, bertemu kedua orangtua tercinta. Bersama-sama ke lapangan deket rumah buat beribadah. Sungkem. Menikmati canda ria dengan para saudara, ngobrol ngalor ngidul cela-celaan. Duduk di seputar meja yang di atasnya terdapat sebarisan toples berisi aneka cemilan yang dibikin sendiri sedari kemaren (tapi kacang bawang itu rada gosong gara-gara ibu nggorengnya sambil ngantuk....) Sirup prambosen warna merah dengan air yang hangat. Lalu, lontong opor ayam lengkap dengan segala elemen pendukungnya.... Dan sorenya menyambangi tetangga, teman-teman sekampung, besoknya bertandang ke para famili... But life must go on, rite?

3 comments:

mbakanggun said...

Gw pulang nih buuur!!!
:">

Anonymous said...

tenang aja aku juga gak pulang kampung kok...jadi ada temennya kan..hehehehe

Unknown said...

Emang Solo itu kampung yak? Bukannya kota yg lebih indah dari Yogya...? *menurutmu, mas :p*
Selamet pulang ke Solo...>:D< bisnya ga jadi nyasar ke Bandung kan??? lagian lumayan dapet dor prais yg harganya lebih mahal dari tiket bis...