Saturday, June 09, 2007

Losing My Kuskus

Diilhami oleh comment saudari Mitun soal "kandang kuskus", saya ingin menyampaikan kisah muram tentang perjumpaan saya dengan binatang itu. Muram?? Iyaah, karena waktu kejadiannya tepat di tengah malam, nggak seterang kalo siang kaan, hihi..

Percayalah, kejadian yang udah seminggu berlalu ini adalah kisah nyata, melibatkan beberapa saksi mata. Dan yang saya maksudkan dengan kuskus itu adalah kuskus beneran (Phalenger orientalis). Jadi kalau ada pembaca blog ini yang kebetulan punya kesamaan anatomis, wajah, atau nasib dengan binatang malem tersebut, saya minta maap! Bukan kalian kok yang saya maksud.

Dan kalau kebetulan ada kuskus aseli ikutan baca blog ini... aahhh semoga kau mengerti nduk!

Malam itu, tatkala (pake "tatkala" biar kliatan lebih serius!) saya keluar dari kantor buat nyari rokok, saya liat si satpam clingak-clinguk, ngarahin senter ke atas bangunan tiga lantai ini.

"Cari apakah gerangan?" tanya saya.

"Itu Mas, coba liat deh! Kayak ada binatang tapi aneh banget... apa yah," dia menjawab dengan agak shock.

Dasar, satpam kok penakut! Memang rada mengejutkan sih. Dua sinar mata kecil terlihat di atas sana. Tapi yaahh.. itu kan cuma sepasang mata binatang. Jenis mata bersinar seperti itu memang dipunyai para nocturnal animals. Huh! Bukan urusan saya. Saya tinggalkan si satpam yang gagal melibatkan saya dalam petualangan serunya itu.


***

Sekembali saya ke markas, seabis ngobrol sejam dengan orang-orang di pertigaan, pas nyampe di depan pintu kaca... binatang itu ada di situ! Dia merangkak dengan susah payah di keset "welcome" tepat di depan pintu. Bulunya cokelat rada kelabu. Kakinya lemah dan pendek, tangannya panjang. Muka seperti blasteran kucing-monyet, tapi tampangnya lebih memelas.

Wajah memelas itu, dalam bayangan saya, adalah ekspresi letih dalam perjalanan panjang di belantara kehidupan. Dan dia datang ke sini sebagai anak-hilang-kembali-pulang. Tapi pulang ke mana?? Hanya saraf-saraf di otaknya yang kecil itulah yang bisa mengolah berbagai data untuk merumuskan arti kata "pulang" dan selanjutnya menentukan geoposisi "rumah"-nya. Ah, nggak seribet itu sepertinya.

Saya sendiri, sebagai mahluk Homo sapiens sapiens yang tentu saja punya otak dengan volume yang jauh lebih gede dari dia, belum juga berhasil memecahkan persoalan yang disebut barusan. Sampai sekarang saya belum menemukan definisi yang pas untuk kata "pulang" dan "rumah". Apalagi dia dengan ukuran kepalanya yang imut itu!

Capek memang kalo semua dibahas filosofis, mendingan biologis aja: Kuskus bukan binatang piaraan. Rumahnya ada di alam liar yang padat dengan vegetasi, bukan di sebuah kandang kecil bikinan manusia. Bisa jadi, yang dia lakukan sekarang adalah melarikan diri dari kungkungan majikan lamanya, bukan dalam rangka mengembara, meninggalkan kenyamanan, mencari petualangan baru, jalan-jalan, backpacking, hihi..

Saya dekati binatang itu. Elus-elus punggungnya. Beberapa bekas luka terlihat di sekujur tubuhnya yang berbulu halus. Rupanya, dia pernah mengalami beberapa peristiwa kekerasan di sepanjang perjalanannya. Dan mungkin itu yang bikin dia menunjukkan sikap curiga dan ogah-ogahan, pas saya mengulurkan tangan.

Pelan-pelan saya gendong dia. Tapi dia memberontak dan mengeluarkan sedikit desis. Memang bentuk anatominya yang aneh itu bikin dia ngerasa nggak nyaman digendong dengan posisi seperti ketika kita menggendong ponakan kita yang masih bayi. Akhirnya saya taruh dia di paha, biar bisa berposisi seperti memeluk batang pohon --sebagaimana kebiasaan di habitat aslinya.

"Mau diapain Mas?" tanya satpam yang sedari tadi menonton dengan takjub dan sedikit khawatir. Sedikit khawatir bahwa saya akan memangsanya mentah-mentah, niru si Ozzy Osbourne zaman muda dulu, hihi...

"Nggak tau, dipiara aja kali yah," saya menjawab tanpa menengok ke dia.

"Yah, tapi tarohnya di mana? Terus makanannya apa? Mendingan lepasin aja daripada ngerepotin."


***

Beberapa menit berlalu. Masih dengan posisi menggelendot di paha, si kuskus saya bawa ke dalam, naik ke lantai II, lalu masuk ruang redaksi melewati pintu ber-scanner sidik jari yang bertuliskan "selain karyawan dilarang masuk".

Tapi, di dekat jendela yang terbuka itu, si kuskus meloncat keluar! Lenyap ditelan rerimbunan daun bambu..

Sudah, gitu doang?

Belum. Karena sampai sekarang saya belum bisa meresolusikan bagaimana kira-kira akhir petualangan si kuskus itu. Cerita ini belum ber-ending!

7 comments:

Anonymous said...

dia pergi sebelum benar2 menjadi milikmu. jadi, relakanlah :p

Anonymous said...

mana kaskus na..
hihihi.. :p

lutu na...
ginak ginuks..

Anonymous said...

Baru tahu kalo Kuskus punya sidik jari, jadi perlu di-scanner kalo mau masuk Gatra :D

Anonymous said...

itu bukannya anggota Dbodor ya?

Miranti S Hirschmann said...

itu bukan kuskus, rasanya itu luwak. di rumahku banyak.kuskus kecil kok...

coDOT said...

miranti, berita terakhir menyebutkan tentang laporan kehilangan kuskus dari tetangga blakang kantor, huuu...

kita cuma berharap, semoga dia sehat walafiat dan tetap semangat dalam perjalanannya itu, hihihi...

aiia_mudz said...

huuuaaaaaa ...

kalo kuskus guw meninggal dunia kemarin ahri jumat tgl 12 juni . .

sedi bgd guw , uda guw anggap kayak anak sendiri ....

checyl ,,,,, baik² iia kamu disana ..

miss u honey :'(