Tuesday, April 10, 2007

Feminisme di mata Burung

Dalam rangka menyambut HARI KARTINI, saya akan mengupas isu yang tak pernah habis dibahas sepanjang peradaban kita, yaitu soal cewek... ehh, feminisme! Seperti kita tahu, feminisme umumnya didefinisikan sebagai paham yang menganjurkan kesetaraan sosial, politis, dan ekonomi antara cowok dan cewek. Feminisme juga menjadi gerakan formal yang memperjuangkan keyakinan bahwa perbedaan jenis kelamin itu nggak penting dalam dalam menentukan status sosial ataupun hak-hak sosial politis dan ekonomis seseorang.

Para pengikut gerakan feminisme kebanyakan adalah cewek. Saya jarang banget ngeliat cowok ikut-ikutan dalam gerakan feminisme. Atau sebaliknya, bikin gerakan "maskulinisme" yang memperjuangkan hak-hak kaum lelaki. Sepertinya memang nggak ada! Dan bisa jadi, kasusnya jadi mirip-mirip antara sosialisme dan kapitalisme. Kita bisa nemu banyak buku-buku tentang "sosialisme" yang ditulis kaum sosialis, tapi seorang Henry Ford --maap kalo saya salah-- belum pernah sekali pun nulis buku berjudul "Das Socialist". Begitukah?

Saya jadi tambah mumet dengan semua ketikan di atas. Menurut saya sendiri, feminisme adalah simbol pemberontakan kepada cara pandang kaum cowok terhadap cewek. Mereka semacam mau bilang: never judge a girl by her size, we have beauty, brain and breast.. upss!

Lalu apa yang terjadi seandainya feminisme nggak pernah muncul? Apa yang terjadi di Indonesia, seandainya ibu kita Kartini itu nggak pernah surat-suratan dengan Nyonya Abendanon? Dan kalaupun mereka sering berkorespondensi lewat surat (zaman dulu belom ada Yahoo!Messenger atau MiRC), sebenernya yang mereka bicarakan adalah resep-resep masakan. Iyah, tuker-tukeran resep masakan: Ibu Kartini jadi tahu cara membuat kueh spekoek, sementara Nyonya Abendanon jadi lancar bikin tempe bacem.. lalu kumpulan resep-resep masakan itu dirangkum dalam buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".. Bagaimana seandainya begitu?

Di sini, saya lebih suka untuk nggak memusingkan itu semua. Tapi saya suka terpesona dengan berbagai fenomena tentang dualisme cowok-cewek yang gw inget. Misalnya, menurut kepercayaan suku bangsa Toltec (nenek moyang suku Inca dan Aztec), dunia ini adalah taman luas yang diciptakan khusus untuk wanita. Kita para pria hanyalah tukang kebun, para pemelihara bunga-bunga yang tumbuh di dalamnya. Mau protes? Jangan ke saya deh. These days, with so much burden in my private life, I would rather disagree with this opinion...

4 comments:

Anonymous said...

kenapa gak setuju? bukannya emang bener, kalian laki2 cuma tukang kebun ? women rule the world, hahahaha

Yati said...

wakakaka....mereka ga ngomongin resep makanan bodoh! mereka bicara soal ukuran! ups....maap!

Anonymous said...

hehehehe...selamet hari kartini dehh....

Anonymous said...

eh, teater nyai ontosoroh diundur jadi tanggal 12, 13, 14 Agustus 2007.

Nanti dikabarin lagi.. itu baru contoh perempuan hebat..